Oleh : Dani Ardiansyah
Apa yang bisa kita pelajari dari kambing? suaranya kah? pola makannya kah? atau apa? atau kebiasaannya yang jarang mandi? Hmm, sepertinya nyaris tidak ada yg bisa kita pelajari dari perilaku hewan yang satu ini, selain hal-hal yang justru seharusnya kita hindari. Nah diantara beberapa kebiasaan kambing yang yang harus kita hindari, ternyata ada satu hal yang bisa kita jadikan sebagai suri tauladan serta dapat kita ambil sebagai hikmah dalam mengarungi samudra kehidupan ini. Sumpe lo? emang ada?
Yuk kita intip Al-Quran surah Ash-Shaffat ayat 101 dan 102. Dalam surat itu, Allah berfirman sebagai berikut:
“Telah Kami kabarkan berita gembira kepada Ibrahim tentang anaknya yang sangat sabar. Ketika anaknya (Ismail) itu telah sampai pada usia yang cukup baginya untuk melakukan usaha, Ibrahim berkata, ‘Wahai anakku, sungguh aku telah bermimpi. Dalam mimpiku itu, aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu mengenai hal ini?’ Ismail lalu menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apapun yang telah diperintahkan. Insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar”. Loh, mana bagian tentang kambingnya? -hehe, sabar dulu dong!
Kok tega ya, Nabi Ibrahim mau menyembelih Ismail yang secara Beliau adalah darah dagingnya sendiri, anak kandung, belahan jiwa, Penerus bangsa, gubrak!
Udah gitu, kok mau-maunya Ismail kecil di sembelih sama bapaknya sendiri, coba kalo kita yang ditanya begitu sama bapak kita, wah sudah bisa dipastikan kabur deh. Atau langsung lapor rt, rw setempat plus ke Kak Seto. loh kok, kak Seto di bawa-bawa? iya, kan doi yg punya komisi perlindungan anak.
Cintalah ternyata yang menjadikan mereka melakukan itu semua, cintalah yang ternyata juga membuat Nabi Ibrahim tega mengatakan itu pada Ismail, dan cinta jugalah yang melembutkan hati Ismail dan menerima segala keputusan dari sang ayah yang hanya berdasarkan pada sebuah mimpi.Dua manusia mulia ini, yaitu Ibrahim dan Ismail, telah menunjukkan sebuah konsep penghambaan yang paling agung. Penghambaan pada Sang pencipta yang telah memberikan mereka segalanya, dan ketika Sang pemilik hidup meminta kembali yang telah diberikan-Nya. Maka Nabi Ibrahim yang hanya sebatas penerima amanah, harus dengan rela mengambalikan hal tersebut. Terus, hubungannya sama kambing apa dong?, weit, sabar dulu Bro!
Bagi siapapun juga, hal paling berharga yang dimiliki oleh manusia adalah nyawanya. Bagi seorang ayah, nyawa anak kandung adalah hal paling bernilai. Pengorbanan tiada tara yang dilakukan oleh Ibrahim dan Ismail itu menyebabkan turunnya rahmat dan keridhoan dari Allah yang Maha Pengasih. Ismail yang sudah pasrah disembelih oleh ayahnya, diganti menjadi seekor domba oleh Allah SWT. Ismail sendiri selamat karena yang kemudian disembelih adalah domba yang diturunkan Allah itu. Coba deh, contek lagi surah Ash-Shaaffaat ayat 105 hingga ayat 110 berikut ini.
“Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu[1284] sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar[1285]. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Fyuh, akhirnya, kecintaan Nabi Ibrahim dengan melaksanakan perintah-Nya mendapatakan balasan yang juga lebih bermkna. Coba bayangin deh, jika saja waktu itu Allah SWT tidak mengganti Nabi Ismail dengan Domba tersebut, maka semua orang tua akan melaksanakan ibadah seperti yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim alaihissalam. Serem kan? But don't worry Guys, Allah sudah menjelaskan pada kita Dalam kaitan dengan ibadah qurban. Allah menegaskan bahwa daging hewan yang diqurbankan itu tidak akan sampai kepada-Nya hanyalah ketaqwaan pelaksana qurban itu. Jadi Allah tidak mengharapkan daging dan darah hewan qurban itu, tetapi mental ketaqwaan yang tumbuh di hati yang bersih dan ikhlas. So, kaitannya sama kambing apaan dong?? Wew, capee deeh!
Yang pasti, pupus sudah anggapan kita tentang pesan kekejaman atau kekerasan dalam fragmen yang terjadi anatara Nabi Ibrahim dan Ismail as. yang ada hanyalah pasan moral yang sedemikian agung tentang kepasrahan, tentang keikhlasan, dan tentang humanisme. Nah loh, iya dong. Dengan fragmen tersebut, Allah SWT seakan menunjukan bahwa, sama sekali Allah tidak mentolelir pengorbanan yang mengatasnamakan Tuhan, hingga kemudian menjadikan seseorang kehilangan nyawanya. Dan ini adalah sebuah penegasan dari Allah, bahwa Islam adalah agama yang humanis, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan. Sama sekali bukan agama yang anarkis.
Ibrahim dan Ismail telah mendidik umat manusia untuk menundukkan segala nafsu, kedengkian, amarah, berhasil mendudukan manusia pada porsi yang sesungguhnya: sebagai khalifah (pemimpin) tentu juga sebagai abdullah (hamba Allah). Semangat berkurban untuk sesama, memberikan yang terbaik yang ia miliki dengan landasan cinta kasih kepada Allah dan sesama manusia, dan akhirnya mampu membangun kembali benang-benang persaudaraan yang telah putus, inilah nilai-nilai pengorbanan hakiki yang diajarkan oleh Ibrahim kepada kita sebagai umat manusia. Jadi, hubungannya sama kambing apa dong?
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata: Nabi saw. berkurban dengan dua ekor kibas berwarna putih agak kehitam-hitaman yang bertanduk. Beliau menyembelih keduanya dengan tangan beliau sendiri, seraya menyebut asma Allah dan bertakbir (bismillahi Allahu akbar). Beliau meletakkan kaki beliau di atas belikat kedua kambing itu (ketika hendak menyembelih). (Shahih Muslim No. 3635)
sumber: edumuslim.com
0 comments:
Post a Comment