Ayo baca artikel, opini, humor, tutorial, kisah inspiratif, anda bebas baca sepuasnya, nya, nya...!!!

Kisah Inspiratif Islami ~ Utbah Bin Ghazwan

Utbah bin Ghazwan merupakan seorang yang pertama masuk Islam dan di antara orang muslim hijrah ke Habsyi, serta seorang pemanah yang handal di medan peperangan.

Utbah bin Ghazwan adalah orang ketujuh dari kelompok tujuh perintis yang berbaiat menjabat tangan kanan Rasulullah saw dengan tangan kanan mereka untuk bersedia menghadapi orang-orang Quraisy yang sedang memegang kekuatan dan kekuasaan serta gemar menuruti hawa nafsu angkara.

Pada hari-hari pertama dimulainya dakwah, pada hari penderitaan dan kesukaran, Utbah bersama kawan-kawannya telah memegang teguh suatu prinsip hidup yang mulia yang kemudian kelak menjadi bekal dan makanan bagi hati nurani manusia dan akan berkembang menjadi luas melalui perkembangan masa.

Sewaktu Rasulullah saw menyuruh sahabat-sahabatnya hijrah ke Habsyi, maka Utbah pun termasuk di antara orang-orang Muhajirin itu. Tetapi kerinduan kepada Rasulullah saw tidak membiarkannya untuk menetap di sana, segeralah ia menjelajahi daratan dan mengarungi lautan untuk kembali ke Makkah, lalu tinggal di sana bersama Rasulullah saw hingga datang saatnya hijrah ke Madinah, maka Utbah pun hijrah bersama kaum Muslimin lainnya.

Dan semenjak orang-orang Quraisy melakukan gangguan dan melancarkan peperangan, Utbah selalu membawa panah dan tombaknya. Ia melemparkan tombaknya dengan ketepatan yang luar biasa, dan bersama kawan-kawannya, orang-orang mukmin lainnya ia menggunakan panah itu untuk menghancurkan alam hidup orang-orang Quraisy dan segala kebohongannya.

Di waktu Rasulullah saw yang mulia wafat menemui Allah, ia belum lagi hendak meletakkan senjatanya, bahkan ia selalu berkelana untuk berperang di muka bumi ini. Dan ketika berhadapan dengan tentara Persia, ia melakukan perjuangan yang tiada taranya.

Khalifah Umar bin Khathab mengirimkannya ke Ubullah untuk membebaskan negeri itu dan membersihkan buminya dari orang-orang Persia yang menjadikannya sebagai batu loncatan untuk menghancurkan kekuatan Islam yang sedang maju melintas wilayah-wilayah kerajaan Persia, serta untuk membebaskan negeri Allah dan hamba Nya dari cengkeraman penjajahan mereka. Dan berkatalah Umar bin Khathab kepadanya sewaktu melepaskannya bersama tentaranya, “berjalanlah kau Utbah bersama anak buah Anda hingga sampai batas terdekat negeri Persia! Pergilah dengan restu Allah dan berkah-Nya! Serulah ke jalan Allah siapa pun yang mau dan bersedia. Dan siapa yang menolak hendaklah ia membayar pajak. Dan bagi setiap penentang maka pedanglah bagiannya tanpa pandang bulu. Tabahlah menghadapi musuh serta bertakwalah kepada Allah”

Pergilah Utbah memimpin pasukannya yang tidak seberapa besar hingga sampai ke Ubullah. Ketika itu orang-orang Persia telah menyiapkan bala tentara mereka yang terkuat. Utbah pun menyusun kekuatan dan berdiri di muka pasukannya sambil membawa tombak. Ia kemudian membangkitkan darah juang fisabilillah dengan melantunkan lafal berseru di tengah-tengah tentaranya, “Allahu Akbar, shadaqah wa’dah, Allah Maha Besar, Dia menepati janji-Nya.”

Dan seolah-olah Ia dapat membaca apa yang akan terjadi, karena tak lama setelah terjadi pertempuran kecil, Ubullah pun menyerah dan daerahnya dibersihkan dari tentara Persia. Sedangkan penduduknya terbebas dari kekejaman yang selama ini mereka rasakan tak ubahnya seperti neraka, dan benarlah Allah yang Maha Besar itu telah menepati janji-Nya.

Di tempat berdirinya Ubullah itu, Utbah membangun Kota Bashrah dengan dilengkapi sarana perkotaan termasuk sebuah masjid besar. Dan sekarang Ia bermaksud meninggalkan negeri itu dan kembali ke Madinah, menjauhkan diri dari urusan pemerintahan, akan tetapi, Umar bin Khathab keberatan dan menyuruhnya untuk tetap di sana.

Utbah pun memenuhi keinginan khalifah, membimbing rakyat melaksanakan shalat, memberi pengertian dalam soal agama, menegakkan hukum dengan adil, serta member contoh teladan yang sangat teladan tentang kezuhudan, wara dan kesederhanaan. Dengan tekun dikikisnya kemewahan dan sikap berlebih-lebihan sekuat dayanya, sehingga hal itu menjengkelnya yang dipengaruhi oleh nikmat kesenangan dan hawa nafsu.
Pada suatu hari, Utbah pun berdiri berpidato di tengah-tengah mereka, Ia berkata, “Demi Allah, sesungguhnya telah kalian lihat aku bersama Rasulullah saw sebagai salah seorang kelompok tujuh yang tak punya makanan kecuali daun-daun kayu, sehingga bagian dalam mulut kami pecah-pecah dan luka-luka! Di suatu hari aku memperoleh rezeki berupa sehelai baju burdah, lalu aku membelah jadi dua, yang sebelah kuberikan kepada Sa’ad bin Malik dan sebelah lagi kupakai untuk diriku.

Utbah sangat menakuti dunia yang akan merusak agamanya, dan Ia pun menakuti hal yang serupa terhadap kaum Muslimin. Karena itu, Ia selalu membimbing mereka kepada kesederhanaan dan hidup bersahaja. Banyak orang yang mencoba hendak mengubah pendiriannya dan membangkitkan dalam jiwanya kesadaran sebagai penguasa serta hak-haknya sebagai seorang penguasa, terutama di negeri-negeri yang raja-rajanya belum terbiasa dengan zuhud dan hidup sederhana, sementara penduduknya menghargai tanda-tanda lahiriah yang berlebihan dan gemerlapan terhadap hal-hal ini, Utbah menjawabnya dengan ucapan, “Aku berlindung diri kepada Allah dari sanjungan orang terhadap diriku, karena kemewahan dunia, tetapi kecil di sisi Allah.”

Dan tatkala dilihatnya rasa keberatan pada wajah-wajah orang banyak karena sikap kerasnya untuk membawa mereka kepada kewajaran dan hidup sederhana, Ia pun berkata kepada mereka,” besok lusa akan kalian lihat pimpinan pemerintahan dipegang oleh orang lain menggantikan aku”

Dan datanglah musim haji, diwakilkannya pemerintahan Bashrah kepada salah seorang temannya, kemudian Ia pergi menunaikan ibadah haji sewaktu Ia telah menunaikan ibadahnya, Ia pun berangkat ke Madinah, dan di sana Ia memohon kepada Khalifah Umar bin Khathab agar diperkenankan mengundurkan diri dari pemerintahan.

Tetapi Khalifah Umar bin Khathab tidak hendak menyia-nyiakan corak kepribadian dari orang-orang zuhud seperti ini yang menjauhkan diri dari barang yang amat didambakan yang menjadi incaran orang-orang lain. Beliau pernah berkata kepada mereka, “apakah kalian hendak menaruh amanah di atas pundakku, kemudian kalian tinggalkan aku memikulnya seorang diri? Tidak! Demi Allah tidak kuizinkan untuk selama-lamanya!”

Dan demikian pula yang diucapkannya kepada Utbah bin Ghazwan, sehingga karenanya, mau tak mau Utbah harus patuh dan taat. Maka Ia pergi menuju kendaraannya dan menungganginya kembali ke Bashrah.

Tetapi sebelum naik ke atas kendaraan itu, Ia menghadap ke arah kiblat, lalu mengangkat kedua telapak tangannya yang lemah lunglai itu ke langit sambil memohon kepada Allah agar ia tidak dikembalikan ke Bashrah dan tidak pula kepada pimpinan pemerintahan untuk selama-lamanya dan doanya pun dikabulkan oleh Allah sewaktu Ia dalam perjalanan ke wilayah pemerintahannya maut datang menjemputnya. Rohnya kemudian berpulang ke hadirat Tuhan rabbul Izzati, bersuka cita dengan pengorbanan, dharma baktinya, kezuhudan dan kesahajaan. Begitupun karena nikmat yang telah disempurnakan-Nya dan oleh karena pahala yang telah disediakan-Nya untuk dirinya.

Sahabat Utbah bin Ghazwan suatu potret sahabat nabi yang zuhud walaupun memimpin suatu negeri ia tidak haus akan kekuasaan dan harta yang melimpah dan merupakan panglima perang yang gagah berani melawan musuh-musuh Islam. semoga kita dapat mensuritauladani kepribadian Utbah bin Ghazwan. Amin.

Kisah Inspiratif Islami ~ Utbah Bin Ghazwan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: gusti

0 comments:

Post a Comment