Ayo baca artikel, opini, humor, tutorial, kisah inspiratif, anda bebas baca sepuasnya, nya, nya...!!!

Kisah Inspiratif Islami ~ Ja'far Bin Abi Thalib

Kehidupan Ja’far penuh dengan sengsara sejak kecil, dia diasuh oleh pamannya Abbas sampai dewasa, walaupun orang tuanya Abi Thalib merupakan orang terpandang di kalangan Quraisy. Namun, kehidupannya susah. Abi Thalib pernah mengalami keadaan sangat kritis saat kemarau panjang.

Ja’far menikah dengan Asma’ bin Umais. Kedua pasutri ini sama-sama masuk Islam di hadapan Abu Bakar kemudian di tashihkan lagi di hadapan Rasulullah di rumahnya Al-Arqam. Pada masa itu banyak penyiksaan kaum Quraisy kepada orang-orang Islam dengan sangat kejamnya, termasuk pada pasangan yang muda ini, Ja’far dan Asma’. Tetapi, suami istri ini bersabar menerima segala cobaan yang menimpanya, karena mereka tahu jalan ke surga bertabur duri dengan segala macam kesulitan dan kepedihan. Tetapi yang merisaukan mereka berdua adalah kaum Quraisy membatasi geraknya untuk menegakkan syiar Islam dan melarangnya untuk merasakan kelezatan ibadah. Karena itu, kaum Quraisy senantiasa mengamati gerak-gerik keduanya.

Melihat semakin beringasnya orang Quraisy menyiksa orang Islam, Ja’far beserta istrinya memohon izin kepada Rasulullah untuk hijrah ke Habasyah bersama dengan beberapa orang sahabat yang lain. Dengan izin Rasulullah Ja’far beserta rombongannya berangkat hijrah ke Habasyah. Maka rombongan ini di kenal dalam sejarah Islam merupakan hijrah pertama kaum Muhajirin ke Habsyah. Di Habasyah mereka merasa lega di bawah perlindungan Najasyi, yaitu raja Habasyah yang adil dan saleh. Sejak mereka masuk Islam itulah, mereka baru merasa aman, dapat menikmati manisnya agama yang mereka anut, bebas dari rasa cemas dan ketakutan yang mengganggu dan yang menyebabkan mereka hijrah.

Namun, tidak beberapa lama rombongan yang dipimpin Ja’far hijrah ke Habasyah orang Quraisy mengetahuinya dan mendapatkan perlindungan dari rajanya. Kemudian orang-orang Quraisy terkejut bagaikan ledakan petir di siang bolong mendengar berita tersebut, sehingga kaum Quraisy mengirimkan delegasi ke raja Najasyi yaitu Amr bin Ash dan Abdullah bin Rabiah dengan membawa persembahan sejumlah hadiah besar untuk Najasyi pribadi, dan untuk para pemuka agama mereka berupa barang-barang mewah dan antik dari Hijaz. Namun, mereka memutuskan untuk tidak memberikan kepada raja terlebih dahulu sebelum memberikannya kepada para pendeta.

Di situlah ada perdebatan sengit antara Amr bin Ash dan Ja’far bin Abi Thalib. Ja’far merupakan orang yang cerdik beberapa pertanyaan sesekali di jawab dengan melantunkan ayat-ayat yang ada di Al-Qur’an dan argumentasi yang sangat masuk akal. Sehingga utusan dari kaum Quraisy kalah di hadapan raja Najasyi.

Ja'far bin Abi Thalib beserta istrinya tinggal dengan aman dan tenang dalam perlindungan raja Najasyi yang ramah tamah itu selama sepuluh tahun.

Pada tahun ke tujuh hijrah, kedua suami istri itu meninggalkan Habasyah dan hijrah ke Yasrib. Ada cerita yang menarik dari hijrahnya Ja’far beserta istrinya dari Habasyah ke Yasrib. Kebetulan Rasulullah baru saja pulang dari Khaibar. Beliau sangat gembira bertemu dengan Ja'far, dari gembiranya Rasulullah berkata, "Aku tidak tahu mana yang menyebabkan aku gembira, apakah karena kemenangan di Khaibar atau karena kedatangan Ja'far?" tidak hanya Nabi yang gembira kaum muslimin umumnya juga berbahagia bertemu dengan Ja’far bin Abi Thalib, terlebih fakir miskin, karena Ja’far juga di kenal dengan penyantun dan pembela golongan duafa’. Oleh sebab itu Ja’far bin Abi Thalib mendapatkan julukan “Abil Masakin” (bapak orang-orang miskin).

Abu Hurairah bercerita tentang Ja'far. Ia berkata, "Orang yang paling baik kepada kami (golongan orang-orang miskin) ialah Ja'far bin Abi Thalib. Dia sering mengajak kami makan di rumahnya, lalu kami makan apa yang ada. Bila makanannya sudah habis, diberikannya kepada kami pancinya, lalu kami habiskan sampai dengan kerak-keraknya."

Belum begitu lama Ja'far tinggal di Madinah, pada awal tahun kedelapan hijriah Rasulullah menyiapkan pasukan tentara untuk memerangi tentara Rum di Muktah. Beliau mengangkat Zaid bin Haritsah menjadi komandan pasukan.

Rasululalh bersabda, "Jika Zaid tewas atau cidera, komandan digantikan Ja'far bin Abi Thalib. Seandainya Ja'far tewas atau cidera pula, dia digantikan Abdullah bin Rawahah. Dan, apabila Abdullah bin Rawahah cidera atau gugur pula, hendaklah kaum muslmin memilih pemimpin di antara mereka".

Setelah pasukan sampai di Muktah, yaitu sebuah kota dekat Syam dalam wilayah Yordan, mereka mendapati tentara Rum telah siap menyambut kedatangan mereka dengan kekuatan 100.000 pasukan inti yang terlatih, berpengalaman, dan membawa persenjataan lengkap. Pasukan mereka juga terdiri dari 100 ribu milisi Nasrani Arab dari kabilah-kabilah Lakham, Judzam, Qudha'ah, dan lain-lain. Sementara, tentara kaum muslimin yang dipimpin Zaid bin Haritsah hanya berkekuatan 3000 tentara.

Begitu kedua pasukan yang tidak seimbang itu berhadap-hadapan, pertempuran segera berkobar dengan hebatnya. Zaid bin Haritsah gugur sebagai syuhada ketika dia dan tentaranya sedang maju menyerbu ke tengah-tengah musuh.

Melihat Zaid jatuh, Ja'far segera melompat dari punggung kudanya yang kemerah-merahan, lalu dipukulnya kaki kuda itu dengan pedang, agar tidak dapat dimanfaatkan musuh selama-lamanya. Kemudian secepat kilat disambarnya bendera komando Rasulullah dari tangan Zaid, lalu diacungkan tinggi-tinggi sebagai tanda pimpinan kini beralih kepadanya. Dia maju ke tengah-tengah barisan musuh sambil mengibaskan pedang kiri dan kanan memukul roboh setiap musuh yang mendekat kepadanya. Akhirnya musuh dapat mengepung dan mengeroyoknya. Sementara dia bersenandung menyanyikan sajak nan indah

Wahai ... surga nan nikmat sudah mendekat
Minuman segar, tercium harum
Tetapi engkau Rum ... Rum....
Menghampiri siksa
Di malam gelap gulita, jauh dari keluarga
Tugasku ... menggempurmu ..

Ja'far berputar-putar mengayunkan pedang di tengah-tengah musuh yang mengepungnya. Dia mengamuk menyerang musuh ke kanan dan kiri dengan hebat. Suatu ketika tangan kanannya terkena sabetan musuh sehingga buntung. Maka dipegangnya bendera komando dengan tangan kirinya. Tangan kirinya putus pula terkena sabetan pedang musuh. Dia tidak gentar dan putus asa. Dipeluknya bendera komando ke dadanya dengan kedua lengan yang masih utuh. Tetapi, tidak berapa lama kemudian, kedua lengannya tinggal sepertiga saja di buntung musuh. Secepat kilat Abdullah bin Rawahah merebut bendera komando dari komando Ja'far bin Abi Thalib. Pimpinan kini berada di tangan Abdullah bin Rawahah, sehingga akhirnya dia gugur pula sebagai syuhada', menyusul kedua sahabatnya yang telah syahid lebih dahulu.

Rasulullah saw. sangat sedih mendapat berita ketiga panglimanya gugur di medan tempur. Beliau pergi ke rumah Ja'far bin Abi Thalib anak pamannya. Didapatinya Asma', isteri Ja'far, sedang bersiap-siap menunggu kedatangan suaminya. Dia mengaduk adonan roti, merawat anak-anak, memandikan dan memakaikan baju mereka yang bersih.

Kemudian Rasulullah Saw, mengabarkan kepada Asma’ istri Ja’far sambil berlinang air Mata, bahwa Ja’far gugur di medan perang. Mendengar berita tersebut Asma’ dan anak-anaknya lemas dan lunglai. Kemudian Rasulullah berucap sambil menyeka air matanya, "Wahai Allah, gantilah Ja'far bagi anak-anaknya. wahai Allah, gantilah Ja'far bagi istrinya." Kemudian kata beliau selanjutnya, "Aku melihat sungguh Ja'far berada di surga. Dia mempunyai dua sayap berlumuran darah dan bertanda di kakinya."

Sahabat Rasulullah yang satu ini, banyak inspirasi yang dapat di ambil hikmahnya, mulai mendapatkan siksaan dari orang-orang Quraisy karena memeluk Islam dan tekadnya mempertahankan Islam di bumi, walaupun kedua tangannya buntung ditebas pedang kaum Quraisy tetap Ja’far memegang panji kebesaran Islam sampai nyawanya di ambil oleh Allah SWT.

Kisah Inspiratif Islami ~ Ja'far Bin Abi Thalib Rating: 4.5 Diposkan Oleh: gusti

1 comments:

  1. Ja'far Bin Abi Thalib was from the beginners of people who accept Islam as their religion. he was very brave. He is the inspiration to Quraish. he face many troubles in the way of Islam by non Muslims but he never goes back because he believe that the right path is of the ALLAH.

    ReplyDelete